Rijang (SiO2) adalah batuan endapan silikat kriptokristalin dengan permukaan yang licin (glassy). Rijang biasanya sering di sebut sebagai batu api oleh orang awam. Rijang terbentuk di lautan dalam dan batuan ini sering di gunakan sebagai batu permata karena memiliki warna yang biasanya cerah seperti merah hati.
B. Ganesa Batu Rijang
Rijang merupakan batuan sedimen yang di endapkan di laut dalam (zona abyssal), yang berdasarkan kandungan fosil renik radiolaria (Wakita,dkk 1996) menunjukan bahwa batuan ini berumur kapur atas, sedangkan batu gamping merah adalah endapan plankton gampingan yang mungkin terkumpul pada bagian-bagian meninggi.
Perlapisan rijang tersusun oleh sisa organisme penghasil silika seperti diatom dan Radiolaria. Endapan tersebut dihasilkan dari hasil pemadatan dan rekristalisasi dari lumpur silika organik yang terakumulasi pada lautan yang dalam. Saat organisme tersebt mati cangkang mereka di endapkan perlahan di dasar laut dalam yang kemudian mengalami akumulasi yang masih saling lepas. Beberapa perlapisan rijang belum tentu berasal dari bahan organik, Bisa saja berasal dari Prasipitasi silika yang berasal dari dapur magma yang sama pada basaltik bawah laut (lava bantal) yang mengalami presipitasi bersama dengan perlapisan rijang.
Lumpur tersebut bersama-sama terkumpul di bawah zona-zona plangktonik radiolaria dan diatom saat hidup di permukaan air laut dengan suhu yang hangat. Material-material tersebut diendapkan jauh dari busur daratan hingga area dasar samudra, saat suplai sedimen terrigenius rendah, dan pada bagan terdalam dari dataran abissal terdapat batas ini dinamakan Carbonate Compensation Depth (CCD), dimana akumulasi material-material carcareous tidak dapat terbentuk.
Hal ini dikarenakan salah satu sifat air adalah air dingin akan mengikat lebih banyak Co2 dibanding dengan air hangat. Di laut, terdapat satu batas yang jelas dimana kandungan Co2 di bawah lebih tinggi. Dibawah batas tersebut, kandungan Co2 sangat tinggi akibatnya organisme yang mengandung karbonat akan larut di CCD sehingga tidak akan mengendapkarena tidak akan pernah ke dasar laut. Carbonate Compensation Depth ini teletah sekitar kedalaman 2500 meter atau 2,5 kilometer di bawah permukaan laut. Diatas Carbonate Compensation Depht, sekitar 2000 meter, terdapat suatu daerah yang di sebut lysoclyne. Disini, sebagian karbonat sudah mulai larut sebagian. Beberapa perlapisan rijang belum tentu berasal dari bahan organik. Bisa saja berasal dari presipita silika yang berasal dari dapur magma pada basaltik bawah laut (lava bantal) yang mengalami presipitasi bersamaan dengan perlapisan rijang.
Secara umum dianggap bahwa batuan ini terbentuk sebagai hasil perubahan kimiawi pada pembentukan batuan endapan erkompresi, pada proses diagenesis. Ada teori yang mengatakan bahwa bahan serupa geliatin yang mengisi rongga sedimen, misalnya lubang ayang di gali oleh mollusca, yang kemudian akan berubah menjadi silikat. teori ini dapat menjelaskan bentuk kompleks yang di temukan pada rijang.
C. Komposisi Kimia
Berikut adalah tabel komposisi kimia batu rijang:
D. Sifat Fisik
Nama Batuan : Rijang
Rumus Kimia : SiO2
Warna : Merah Hati, Kelabu TUa, Biru, Hitam, Coklat Tua
Gores : Putih
Kilap : Lilin
Belahan/Pecahan : Tidak Sempurna/ Choncoidal
Kekerasan : 6,5-8 skala mosh
Sistim Kristal : Hexagonal
Perawakan : Masif
Berat jenis : 2,6g/cm3
Kemagnetan : Diamagnetit
Ketransparanan : Tidak teransparan
D. Metoda Penambangan
Metode penambangan yang digunakan biasanya adalah tambang terbuka atau open pit,dikarenakan harga pasar rijang yang tidak begitu tinggi. Open pit adalah bukaan yang di buat di permukaan tanah, bertujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak di timbun kembali) selama engambilan bijih masih berlangsung.
Untuk mencapai badan bijih yang umumnya terletak di kedalaman, diperlukan pengupasan tanah/batuan penutup (waste rock) dalam jumlah yang besar. Tujuan utama dari oprasi pertambangan adalah untuk menambang dengan biyaya yang serendah mungkin sehingga mencapai keuntungan yang maksimal.
E. Pemanfaatan
Batu rijang ini biasanya digunakan untuk indkator dalam laut (abyssal) dan pada zaman batu, rrijang banyak di gunakan untuk membuat senjata dan peralatan seperti pedang, mata anak panah,pisau,kapak, dan lain-lain. Tetapi yang paling populer rijang digunakan untuk ornamen-ornamen dan batu permata.
F. Prospek Keterdapatan di Indonesia
Rijang banyak tersebar di indonesia, diantaranya:
- Daerah istimewah aceh
- Jawa barat
- Jawa tengah
- Jawa timur
- Kalimantan barat
- Kalimantan selatan
- Sulawesi selatan
- Nusa tenggara timur
G. Kesimpulan
- Rijang (SiO2) termasuk endapan silikat Kriptkristalin dengan permukaan licin (glassy)
- Rijang (SiO2) tersusun oleh sisa organisme penghasil silika seperti diatom dan radiolaria yang memadat dan mengalami rekristalisasi pada dasar lautan dalam
- Rijang Mempunyai sistim kristal hexagonal dan perawakan masif
- Rijang banyak di pergunakan untuk membuat senjata dan peralatan seperti pedang,mata anak panah,pisau,kapak,untuk indikator dalam laut,dan biasanya di gunakan untuk ornamen dan batu akik.
H. Daftar Pustaka